Jahe, Antioksidan Alami

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang telah lama digunakan masyarakat Indonesia, baik sebagai penambah aroma masakan maupun sebagai obat-obatan. Merupakan tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina (Paimin, 2008).

Selain sebagai penghasil flavour (rasa) dalam berbagai produk pangan, jahe juga bermanfaat untuk kesehatan antara lain baik untuk saluran pencernaan, anti peradangan, mengatasi osteo artritis dan rematik, mencegah dan mngobati kanker, melindungi jantung, mencegah stroke, menurunkan tekanan darah, menghambat pertumbuhan bakteri dan mengatasi obesitas. Beberapa komponen bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain (6)-gingerol, (6) shogaol, diariptanoid dan curcumin mempunyai aktifitas anti-oksidan yang melebihi tokoferol (Kikuzaki dan Nakatani, 1993).

Dalam taksonomi tanaman, jahe termasuk dalam:

Divisi               : Spermatophyta

Subdivisi         : Angiospermae

Klas                 : Monocotyledonae

Ordo                : Zingiberales

Famili              : Zingiberaceae

Genus              : Zingiber

Spesies            : Zingiber officinale (Hendradi dan Himawati, 2010).

Komposisi Kimia Jahe

Jahe mengandug komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak menguap (non volatile oil) dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi bau yang khas, sedangkan minyak yang tak menguap yang biasa disebut oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit (Setyawan, 2020).

Komponen utama minyak atsiri jahe yag menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol. Oleoresin mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas, yaitu gingerol sebagai komponen utama serta shogaol dan zingerol dalam jumlah sedikit. Kandungan oleoresin jahe segar berkisar antara 0,4-3,1%.

Senyawa gingerol dan shogaol juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah atau menunda beberapa jenis kerusakan sel, anti-inflamasi yang dapat mengurangi peradangan dan dapat melawan penyakit di sistem saraf pusat, antibakteri yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri penyebab infeksi, dan antitrombosit yang dapat mencegah penggumpalan darah (Williams dan Lamprecht, 2008).

Ditambahkan oleh Guenther (2008), komposisi kimia rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya jahe. Rimpang jahe juga mengandung flavonoid, 10-dehydrogingerdione, gingerdione, arginine, linolenic acid, apartia acid, tepung kanji, lipid, kayu damar, asam amino, protein, vitamin A dan niacin serta mineral. Juga terdapat asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat, vitamin A, B (colin dan asam folat), dan C, senyawa-senyawa flavonoid, polifenol, aseton, methanol, cineole dan arginine (Setyawan, 2020)

Jenis-jenis Jahe

            Di Indonesia ada berbagai jenis jahe. Berdasarkan warna, bentuk, besarnya rimpang dan aroma, jahe dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu jahe merah, jahe gajah dan jahe emprit (Setyawan, 2020).

a. Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum ) disebut juga jahe sunti dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Rimpangnya kecil berwarna kuning kemerahan dan seratnya kasar
  2. Rasanya sangat pedas dan aromanya sangat tajam
  3. Rimpangnya lebih kecil daripada jahe emprit
  4. Diameter 42 sd 43 mm, tinggi 52 – 104 mm, dan panjang 123 sd 126 mm
  5. Sama seperti jahe emprit, jahe merah selalu dipanen setelah tua
  6. Memiliki kandungan minyak atsiri 2,58 – 3,9 %, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan

b. Jahe gajah atau jahe badak (Zingiber officinale var officinarum )

  1. Memiliki rimpang paling besar dibandingkan dua jenis jahe lain. Berwarna kuning atau kuning muda,
  2. Aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas.
  3. Diameter 48 sd 85 mm, tinggi 62 – 113 mm, dan panjang 158 – 327 mm
  4. Biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan.
  5. Minyak atsiri dalam rimpang 0,82 – 2,8%

c. Jahe emprit (Zingiber officinale var amarum )

  1. Rimpangnya berbentuk pipih, sedangkan ukurannya lebih kecil dibandingkan jahe gajah tetapi lebih besar dibandingkan jahe merah.
  2. Warnanya putih kuning
  3. Seratnya lembut dan aromanya lebih tajam dari jahe gajah,
  4. Ruasnya kecil, diameter 32,7 – 40 mm, tinggi 63,8 – 111 mm, panjang 61 – 317 mm, agak rata sampai sedikit menggembung
  5. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua
  6. Kandungan minyak atsirinya lebih besar daripada jahe gajah (1,50 – 3,5%) sehingga lebih pedas

Kandungan kimia dari setiap jenis jahe yang berbeda. Jahe gajah dengan aroma dan rasa yang kurang tajam lebih banyak digunakan untuk masakan, minuman, permen dan asinan. Jahe emprit dengan aroma yang lebih tajam dari jahe gajah banyak digunakan sebagai rempah-rempah, penyedap makanan dan minuman (Lentera, 2002) Sementara itu, jahe merah karena kandungan minyak atsiri dan oleoresin-nya yang lebih tinggi dibanding kedua jenis jahe lainnya, maka sering dipergunakan untuk obat-obatan.

Referensi :

Hendradi, E. S dan E.R. Himawati.  2010. Formulasi Sediaan Topical dari Perasan Rimpang Zingiber Officinale Rosc dengan Menggunakan Beberapa Basic Krim. Penelitian Med. Eksakta (1) April 2000: 68-78.

Kikuzaki, H. dan N. Nakatani.1993. Antioxidant Effect of Ginger Constituents. J. Food Sci., 58:1407-1410.

Lentera. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib. PT Agro Media Pustaka. Jakarta

Paimin, F.B.M. 2008. Seri Agribisnis Budidaya Pengolahan, Perdagangan Jahe. Cetakan XVII. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setyawan, B. 2020. Peluang Usaha Budidaya Jahe. Penerbit Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Williams, C.A. dan E.D. Lamprecht. 2008. Some Commonly Fed Herbs and Other Functional Foods in Equine Nutrition: A review. The Veterinary Journal 178: 21-31.

Aktif menulis sejak bergabung dengan FLP Jepang tahun 2004. Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar