Gula Aren, Pemanis Alami

Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga pinata) yang termasuk dalam kelompok Palmae. Sekarang ini, tanaman aren sudah banyak dibudidayakan karena pemanfaatan aren tidak hanya pada buah, batang dan daun tetapi tanaman aren juga dapat menghasilkan nira.

Gula aren merupakan salah satu olahan makanan bersumber dari hasil pengolahan nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon aren. Pengolahan nira hingga menjadi gula aren melalui proses perebusan hingga nira berubah menjadi cairan kental dan berwarna pekat. Bentuk, tekstur, warna dan rasanya mirip dengan gula merah atau gula jawa, yang membedakan hanya bahan bakunya.

Proses pembuatan gula aren umumnya lebih alami, sehingga zat-zat tertentu yang terkandung di dalamnya tidak mengalami kerusakan dan tetap utuh.

Gula aren banyak dikonsumsi sebagai salah satu bahan pemanis alami yang cukup aman bagi tubuh. Selain Itu, kandungan dalam gula aren tersebut cukup penting peranannya untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi tertentu (Santoso et al., 2008).

Kualitas mutu gula aren juga dipengaruhi oleh waktu pemasakan nira. Semakin lama waktu pemasakan nira, maka kualitas gula aren yang dihasilkan akan semakin meningkat (Sudamarji, 2010).

Gula aren memiliki beberapa kandungan unsur makro dan mikronutrien, kandungan keduanya dalam gula aren lebih tinggi dibandingkan gula putih. Beberapa kandungan mikronotrien dalam gula aren antara lain: Thiamine (vitamin B1), Riboflamin (vitamin B2), Nicotinic Acid (vitamin B3), pyridoksin (vitamin B6), cyanocobalamin (vitamin B12), Ascorbic Acid (vitamin C), dan garam.

Gula merah memiliki sifat-sifat spesifik yaitu memiliki rasa manis dengan rasa asam. Rasa asam disebabkan oleh kandungan asam organik di dalamnya. Adanya asam-asam organik ini menyebabkan gula merah mempunyai aroma khas, sedikit asam dan berbau karamel. Rasa karamel pada gula merah diduga disebabkan adanya reaksi karamelisasi akibat pemanasan selama pemasakan, karamelisasi juga menyebabkan timbulnya warna coklat pada gula merah (Nurlela, 2002).

Nira

Nira merupakan suatu minuman alami yang terasa manis karena mengandung glukosa. Kandungan glukosa pada nira menyebabkan nira banyak diolah menjadi gula tradisional oleh kebanyakan masyarakat di beberapa daerah (Indahyanti et al., 2004).

Proses pengambilan nira bisa dilakukan dengan cara digiling, diperas dan disadap. Nira juga dapat diolah menjadi gula aren, gula cair, dan sirup (Pontoh, 2007).

Kualitas nira yang baik akan menghasilkan gula aren yang baik pula. Nira yang disadap pada pagi hari memiliki PH dan kadar sukrosa lebih rendah dibandingkan nira yang disadap pada sore hari. Hal ini terjadi karena pada siang hari terjadi penguapan lebih besar dibandingkan pada malam hari (Rachman, 2009).

Pada proses fermentasi, nira kandungan gula akan menurun dengan cepat, sedangkan kandungan asam seperti asetat dan laktat cenderung meningkat. Perubahan ini ditandai dengan penurunan pH dan kadar gula. Menurut Safari (2005), pH pada nira harus berada pada kisaran yang ditentukan agar nira dapat diolah menjadi gula aren, yaitu pH harus berkisar antara 6-7,5.

Gula aren populer karena dianggap lebih sehat dibandingkan gula pasir. Katanya, dibandingkan dengan gula pasir, gula aren lebih rendah kalori, bebas kolesterol dan lemak, serta kaya mineral. Apakah anggapan ini benar?

Fakta Gula Aren Lebih Sehat daripada Gula Pasir

Faktanya, gula aren memang bisa kamu jadikan sebagai pemanis yang lebih sehat dibandingkan jenis gula lainnya, seperti gula pasir. Hal itu bisa diperoleh berkat kandungan nutrisinya. Berikut adalah perbandingan kandungan nutrisi dalam 100 gram gula pasir dan gula aren:

NutrisiGula arenGula pasir
Energi368 kal394 kal
Karbohidrat92 g94 g
Lemak00
Kalsium75 mg5 mg
Fosfor35 mg1 mg
Besi3 mg0,1 mg
Natrium15 mg1 mg
Kalium390 mg4,8 mg
Vitamin B20,01 mg0

Dari tabel di atas, gula aren terlihat memiliki kandungan mineral yang lebih tinggi dibandingkan gula pasir. Selain itu, jenis gula ini juga mengandung vitamin B2. Jadi tidak salah untuk menjadikan gula aren sebagai pilihan pemanis alami, apalagi jika kamu memang ingin memenuhi kebutuhan beberapa jenis mineral penting, seperti kalium, kalsium, fosfor, natrium, atau besi.

Menurut Novanti dan Suharto (2009), gula aren memiliki indeks glikemik yang rendah (35%) dibandingkan dengan beberapa jenis gula lainnya. Penyerapan glukosa yang lebih lambat juga akan memperlambat masuknya kandungan glukosa dalam darah, sehingga kadar gula darah akan menurun dan tubuh akan terhindar dari diabetes.

Manfaat Gula Aren untuk Kesehatan Tubuh

Berkat nutrisinya, gula aren mempunyai segudang manfaat untuk kesehatan tubuh, antara lain:

1. Menjadi sumber energi

Gula aren dan gula pasir sama-sama mengandung kalori yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan sumber energi.

2. Mendukung kesehatan tulang

Gula aren mengandung sejumlah mineral, mulai dari kalium, kalsium, fosfor, besi, dan natrium. Perlu diketahui, kalium, kalsium, dan fosfor merupakan mineral yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang serta gigi, lho.

3. Menangkal efek radikal bebas

Gula aren mengandung vitamin B2 atau riboflavin. Vitamin B2 memiliki efek antioksidan yang bisa membantu menangkal efek paparan radikal bebas yang bisa menyebabkan kerusakan sel hingga DNA.

Selain itu, sinergi antara riboflavin dengan vitamin B lainnya juga akan membantu proses pertumbuhan sel darah merah.

4. Menurunkan tekanan darah

Gula aren kaya akan kandungan kalium yang berperan penting dalam menjaga kerja jantung dan pembuluh darah, lho. Oleh karena itu, gula aren juga bisa dijadikan opsi pemanis alami bagi penderita tekanan darah tinggi (hipertensi).

Meski mengandung sejumlah nutrisi sehingga bisa dikatakan lebih sehat, Anda tetap disarankan mengonsumsi gula aren dalam batas yang wajar. Anjuran konsumsi gula harian orang dewasa tidak lebih dari 30 gram atau 7 sendok teh per hari, anak 2–10 tahun berkisar di rentang 19–24 gram atau 4–6 sendok teh per hari.

Daftar Pustaka

Ginting, N. 2014. Potensi dan Pemanfaatan Aren (Arenga pinnata Merr) di Desa Kutambaru, Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lay, A & S, Karaow. 2005. Nira Aren dan Teknik Pengendalian Produk Olahan. Bulletin Palma 2 (31) : 116-125.

Novianti, J dan Suharto. 2009. Perancangan dan Uji Coba Alat Evaporator Nira Aren. Laporan Penelitian LPPM. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Katholik Parahyangan. Bandung.

Nurlela, E. 2002. Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Gula Merah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suharto, E.L.S., Y.F. Kurnia dan Ferawati. 2021. Pengaruh Penambahan Gula Aren (Arenga pinnata Merr.) dengan Konsentrasi yang Berbeda pada Yogurt terhadap Total Asam Tertitrasi, pH dan Total Bakteri Asam Laktat. Jurnal Peternakan Indonesia. ISSN 1907 -1760. E-ISSN 2460 – 6626. Fakutas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Sudarmadji, S. 2010. Anaalsa Bahan Makanan dan ertanian. Liberty. Yogyakarta.

Aktif menulis sejak bergabung dengan FLP Jepang tahun 2004. Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar