Welcome Asam Udang

Trienggadeng. Bila mendengar nama itu yang terbayang di benakku adalah hamparan laut lepas beserta perahu-perahu nelayan. Tak hanya itu, tapi juga sebuah rumah makan dengan lauk-pauk khas Aceh seperti engkot masam keu`eung, bandeng panggang dan especilally…asam udang! It`s a long time ago. Ketika aku singgah ke rumah makan `Qadar`. Aku masih menggendong bayi perempuan berusia satu setengah tahun. Bayi perempuan yang, masya Allah, cantik dan montok. Hanya sayangnya, bayi ini merupakan penderita `Dermatitis atopi` sehingga dia harus pantang berbagai jenis makanan seumpama seafood. Dan aku, ibunya, yang masih menyusuinya, harus ikut berpantang pula. Ah, sedihnya!

Termasuk ketika aku, kami lebih tepatnya, singgah ke `Qadar`. Aku harus menyeleksi dengan ketat segala kuliner yang terhampar di meja. Jangan sampai termakan makanan yang lezat namun `membahayakan`. Maksudnya membuat putri kecilku itu gatal-gatal di sekujur tubuhnya. Aku menyeleksi mana-mana yang termasuk `hasil laut` dan mencoretnya dari daftar makanan yang aman kumakan. Tiba-tiba pandangan mataku bersirobok dengan `asam udang`. Sejenak terpana dan melenguh dalam hati. Ah, ini kan makanan kesukaanku. Udang kering yang diulek dengan asam sunti, bawang merah dan cabe rawit. Sudah lama aku tidak menyantapnya. Tak terasa air liurku menetes. Betapa kuingin mencicipinya.

Terdengar rengekan bayi dalam pelukanku. Tahanlah dirimu, Mala! Tidakkah kau kasihan kepadanya. Tegakah kau bila kulitnya yang putih mulus berubah menjadi merah-merah? Tegakah kau bila tengah malam ia menangis dan menggaruk-garuk sekujur tubuhnya? Ah! Kutepis segala bayangan buruk itu. Aku harus kuat menahan godaan. Apalah arti kenikmatan sepiring asam udang dibanding penderitaan bayiku ini. Dan akhirnya dengan pandangan nanar, kuucapkan selamat tinggal kepada asam udang nan menggiurkan itu. Walau hati sedikit perih, tapi kubangga telah dapat menaklukkan godaan. Kesehatan dan kenyamanan putri kecilku lebih berarti dari apapun, desisku.

Dan kini, tiga tahun telah berlalu. Aku, atau kami lebih tepatnya singgah lagi ke `Qadar`. Aku bersorak dalam hati. Yeay! Ini kan restoran yang dulu itu! Yang ada asam udangnya! Kesabaranku akhirnya berbuah manis.Thank`s God! Times go so quickly!

Catatan:

Engkot masam keu`eung :ikan masak asam pedas

Aktif menulis sejak bergabung dengan FLP Jepang tahun 2004. Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar