Jahe, si Pedas dan Hangat

Jahe merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina (Paimin, 2008)

Jahe merupakan salah satu rempah-rempah yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Selain sebagai penghasil flavour (rasa) dalam berbagai produk pangan, jahe juga dikenal mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti masuk angin, batuk dan diare. Beberapa komponen bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain (6)-gingerol, (6) shogaol, diariptanoid dan curcumin mempunyai aktifitas anti-oksidan yang melebihi tokoferol (Kikuzaki dan Nobuji, 2013).

Dalam taksonomi tanaman, jahe termasuk dalam:

Divisi               : Spermatophyta

Subdivisi         : Angiospermae

Klas                 : Monocotyledonae

Ordo                : Zingiberales

Famili              : Zingiberaceae

Genus              : Zingiber

Spesies            : Zingiber officinale (Hendradi, et al 2010).

            Di Indonesia ada berbagai jenis jahe. Berdasarkan warna, bentuk, besarnya rimpang dan aroma, jahe dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu jahe gajah, jahe emprit dan jahe merah.

Jahe gajah memiliki ukuran paling besar dibandingkan dua jenis jahe lain. Jahe tersebut berwarna kuning atau kuning muda, sedangkan aromanya kurang tajam dan rasanya kurang pedas.

Jahe emprit memiliki bentuk pipih dengan aroma yang tidak tajam. Warnanya cenderung putih sedangkan ukurannya lebih kecil dibandingkan jahe gajah tetapi lebih besar dibandingkan jahe merah.

Jahe merah berwarna merah muda, aromanya tajam dan rasanya pedas. Jahe ini memiliki ukuran yang paling kecil dibandingkan dua jenis jahe lainnya (Prayitno, 2012).

Rimpang jahe mengandung 0.8-3.3 persen minyak atsiri dan 3 persen oleoresin. Adapun zat-zat yang terkandung dalam rimpangnya antara lain: vitamin A, B1, C, lemak, protein, pati, damar, asam organik, oleoresin (gingerin) dan volatil oil (zingerol, zingeberol, zingiberin, borneol, sineol dan feladren. Adanya minyak atsiri dan oleoresin pada jahe inilah yang menyebabkan sifat khas jahe. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin menyebabkan rasa pedas. Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya rimpang jahe (Guenther, 2012).

Manfaat Jahe bagi Kesehatan

Baik untuk saluran pencernaan

Jahe banyak digunakan dalam hidangan Afrika, Cina dan India. Menurut sejarahnya, jahe banyak digunakan mengingat manfaatnya untuk saluran pencernaan karena dapat menyejukkan lambung, menyingkirkan gas yang berlebihan dan meredakan mual (Bartimeus, 2011). Menurut Shukla (2010) menyingkirkan gas yang berlebihan disebut sifat karminatif.

Mengatasi artritis

Jahe dapat mengurangi rasa sakit dan bengkak pada persendian akibat osteoartritis dan artritis rematik. Gingerol berkhasiat sebagai anti-inflamasi mujarab yang dapat menekan aktifitas pemicu inflamasi persendian.

Mencegah kanker

Kandungan oleoresin berpotensi mencegah penyakit kanker. Oleoresin jahe berisi campuran phenolic aktif seperti gingerol, paradol dan shogaol yang mempunyai anti-oksidan, anti-kanker, anti-inflamasi, anti-angiogenesisi dan anti artherosclertic (Shukla, 2010).

Melindungi jantung

Jahe dapat menyehatkan jantung dengan cara mencegah terjadinya penggumpalan darah dan menurunkan kadar kolesterol (Bartimeus, 2011).

Menghambat pertumbuhan bakteri

Jahe mengandung sejumlah senyawa fenol di antaranya gingerol, shogaol dan gingeron yang memiliki aktifitas anti-oksidan. Fenol memiliki sifat sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan. Selain itu fenolik juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri karena memiliki gugus hidroksil yang mampu mengin-aktifkan mikroorganisme. Senyawa ini juga digunakan sebagai desinfektan bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri, virus dan kapang (Zakaria, 2006).

Referensi:

Bartimeus, P. 2011. The Top 100 Healing Foods. Metagraf. Solo

Guenther, E. 2012. Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta.

Hendradi, E. S dan Himawati, E.R. 2010. Formulasi Sediaan Topical dari Perasan Rimpang Zingiber Officinale Rosc. Dengan Menggunakan Beberapa Basic Krim. Penelitian Med. Eksakta. Vol 1 April 2000: 68-78.

Kikuzaki, H. And Nobuji, 2013. Antioksidant Effects of Some Ginger Constituen. J. Food Science. 58 (6): 1407-1410.

Paimin, F. B. M. 2008. Seri Agribisnis Budi Daya Pengolahan. Perdagangan Jahe. Cetakan  VII. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prayitno, D. 2012. Tanaman Obat dan Manfaatnya. IP2TP. Yogyakarta.

Shukla, Y., and Singh, M., 2010. Cancer Preventive Properties of Ginger: a Review, Food and Chemical Toksiology. 45, 683-690

Zakaria, F. R. 2006. Senyawa Bioaktif Rimpang Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Meningkatkan Respon Sitolitik Sel NK terhadap Sel Kanker Darah. K-562 In Vitro, Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 2 (17)

Aktif menulis sejak bergabung dengan FLP Jepang tahun 2004. Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar